Selasa, 29 November 2016

Sragen 14

  1. Regulasi visa
Pada 11 Februari 2004 Indonsia meluncurkan kebijakan yang memperketat regulasi visa. Walaupun visa turis gratis dan berlaku selama 60 hari, wisawan dari berbagai  negara kini diwajibkan untuk membeli satu dari dua Visa On Arival (VAo) : 15 US dolar yang berlaku 10 hari atau 25 US dolar untuk 30 hari. Negara-negara yang termasuk dalam kebijakan ketat ini antara lain l Argentina, Aaustraiia, Brazil, Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Hungaria, Italia, Jepang,Selandia baru, Norwegia, Polandia, Afrika Selatan, Swiss, Taiwan, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Britania Raya.
Pada 14 Juli 2004 Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia menambah daftar negara untuk VAO diantaranya Iran, Arab Saudi, Kuwait, Belgia, Spanyol, Portugal, Rusia, Mesir, Austria, Irlandia, Qatar dan Luxemburg.
Pemerintah pusat telah menyediakan berbagai kemudahan seperti regulasi visa ke berbagai Negara dengan maksud dapat menangkap dan menarik wisatawan manca Negara. Kemudahan tersebut akan mubajir bila tidak dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah. Untuk itu, Pemerintah Daerah Sragen mencoba mempromosikan wisata di daerahnya, agar dapat meningkatkan obyek-obyek wisata di daerahnya dan selanjutnya agar dapat dinikmati para wisatawan manca. Pemerintah Daerah Sragen juga terus berupaya menyadarkan masyarakat agar memiliki budaya wisata dengan membekali berbagai bentuk kerajinan local (tadisional) agar dapat mendongkrak wisata di daerah Sragen khususnya dan Solo Raya pada umumnya.


BAB IV
P E N U T U P

  1. Kesimpulan
Sragen memiliki Enam zona Wisata yang perlu segera dikemas. Petama adalah zona Kedungombo, merupakan Sumbu Utara dan terhubung dengan sentra wisata Gunung Kemukus, Petilasan Nyi Ageng Serang dan Kedung Grujug.
Ke dua adalah zona Kendeng yang meliputi sentra wisata Gemolong Edupark dan Bukit Sangiran yang memiliki beberapa Museum tentang kehidupan dua juta tahun lalu di daerah tersebut,  meliputi Manusia Purba, Museum Manyarejo dan Museum Bukuran.
Ke tiga adalah zona Masaran atau sumbu di sebelah barat yang terdiri dari sentra kerajinan batik Kliwonan, Makam Joko Tingkir, Makam Syeikh Zakharia, Makam Pilang Payung juga sentra kuliner dan sentra buah.
Ke empat adalah zona Sambirejo yang disebut pula Sumbu Selatan. Sumbu Selatan meliputi sentra wisata seperti Permandian Air Panas Bayanan, Permandian Air Panas Sendang Panguripan, Situs Ngunut, Situs Kali Teleng, Air terjun Teleng, Arung Jeram Kali Sawur Sambirejo, dan ziarah makam Joko Budug. Karena letaknya berada di kaki gunung Lawu, di lokasi ini sangat cocok sebagai tempat wisata, berlibur dan atau beristirahat. Cocok pula untuk membuat villa-villa sebagai tempat beristirahat. Di zona wisata Sumbu Sragen Selatan ini memang sejuk dan bebas dari pulusi udara.
Ke lima adalah zona Sambungmacan yang meliputi lokasi wisata Situs Sambungmacan, dusun Majapahit, penemuan-penemuan Gading Purba dan yang terakhir adalah zona yang disebut dengan Zona Poros Bumi. Lokasi ini terletak di pusat kota Sragen. Zona Poros Bumi merupakan kawasan wisata keluarga seperti Taman nDayu, Kolam Renang Kartika, Kolam Renang Doeng Cuo, Ziarah Makam Kyai Srenggi, Ghaneza Edupark, dan taman-taman wisata lainnya. Kuliner dan tempat jajanan juga bertebaran di zona Poros Bumi seperti rumah makan Bu Djar, jajanan Mbah Pin, Soto Girin, Sate Sragen yang telah dikenal orang secara mendunia dan lain sebagainya.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Kabupaten Sragen memiliki potensi wisata yang tiada tara. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Sragen bertekat untuk mengembangkan wisata Sragen dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat Sragen dan meningkatkan pendapatan daerah khususnya serta perolehan devisa Negara pada umumnya.
Namun lokasi wisata Sragen masih membutuhkan polesan, bahkan dibeberapa tempat justru membutuhkan pembangunan secara total. Seperti misalnya Permandian Air Panas Bayanan, Ngunut, Kedung Grujug, dan Desa Majapahit. Dalam hal ini Pemerintah Daerah bisa mengajak para pengusaha untuk bersama-sama membangunnya. Sebagaimana saran dari bapak Presiden RI Joko Widodo, swasta membangun lokasi wisatanya dan pemerintah membangun infrastrukturnya. Pembangunan dilakukan secara bersamaan agar tidak saling merugikan antara satu dan lainnya.
Keindahan panorama alam Waduk Kedungombo dan Gunung Kemukus tak ada banding dengan daerah-daerah lain. Penemuan fosil manusia purba di Sangiran yang ada di Kecamatan Sangiran membutuhkan sentuhan pemerintah pusat dan para pengusaha. Musium manusia purba di Sangiran adalah aset yang masih tersembunyi, keadaannya-pun masih sangat alami. Sehingga perlu pengembangan yang cukup dan membutuhkan bantuan dari berbagai pihak untuk mewujudkan Sragen sebagai Kota kunjungan wisata di Jawa Tengah.
Di kawasan sangiran sendiri mempunyai 5 lokasi Musium, yaitu Museum sangiran, Mueium Dayu, Museum Manyarejo, Museum Bukuran. Sebagai Kawasan wisata, Sangiran masih membutuhkan infrastruktur yang memadai. Untuk kawasan ini juga sangat diharapkan adanya campur tangan investor dalam rangka melengkapi dan mempermudah wisatawan menikmati kawasan Sangiran, seperti hotel yang nyaman, rumah makan yang enak, home stay, Toko yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, souvenir, dan masih banyak lagi yang bisa digarap. Sehingga wisatawan yang menginginkan tinggal lebih lama bisa lebih menikmati wisatanya. Memang kawasan ini merupakan kawasan cagar budaya yang dilindungi dan tidak semua orang dapat membangun di atas tanah cagar budaya ini. Dengan kejelasan kepentingan, semua usaha akan ditemukan solusinya.
Potensi yang sama hebatnya adalah Kawasan wisata Kedungombo. Di sekitar lokasi Kedungombo memiliki beberapa taman wisata yang mengagumkan. Seperti Petilasan Nyi Ageng Serang yang ada di tengah-tengah waduk, dihiasi rumah-rumah makan apug yang bergoyang di tengah waduk pula. Para wisatawan dapat menyewa perahu untuk mengelilingi waduk yang luas atau berkegiatan memancing. Naik ke darat bisa melihat lapangan pacuan kuda, sedikit ke selatan bisa menikmati keindahan Gunung Kemukus yang telah di kenal mancanegara. Tak Jauh dari Gunung Kemukus dapat ditemukan curug yang keindahannya mirip dengan Niagara di Amerika.
Kawasan Kedungombo memiliki potensi besar sebagai kawasan wisata terpadu, yang membutuhkan campur tangan para investor dalam pengembangannya.
Hal utama yang perlu diperhatikan adalah sarana jalan raya untuk menuju obyek-obyek wisata tersebut betul-betul belum memadai. Sehingga alam dan obyek-obyek wisata yang demikian mempesona bagaikan harta karun yang terpendam sehingga untuk mendapatkannya masih merupakan suatu teka-teki serta membutuhkan pemikiran yang panjang.
Sarana lain dalam rangka mendukung Sragen sebagai Kota Kunjungan Wisata telah cukup memadai, seperti seni, budaya, perhotelan, perbankan, rumah sakit dan biro-biro perjalanan telah siap melayani wisatawan. Dukungan lain seperti kuliner, memiliki berbagai makanan yang cukup variatif, wisatawan tinggal memilih makanan kesukaannya. Mulai dari makanan kampung yang khas hingga kelas mewah, ada di Sragen. Kebutuhan-kebutuhan belanjaan lain yang dibutuhkan para wisatawan dapat diperoleh di Sragen. Mall dan Supermarket telah bertebaran, sehingga kebutuhan apapun bisa didapatkan tanpa perlu kesulitan.
Sragen memiliki banyak wahana air, dalam hal ini perlu diperhatikan adalah penyuguhan air. Air yang disuguhkan harus bersih, sehingga dibutuhkan penyaringan lebih lanjut. Seperti Misalnya Kedung Grujug, Air Panas Bayanan dan Air Panas Ngunut.

  1. Saran
Permandian Air Panas Ngunut memang belum memadai. Bisa dikatakan belum tersentuh. Seperti kolam permandian air panas misalnya, letak kolam rendan dan kamar mandi terlalu dekat dengan sumber air panasnya. Air panas yang disajikan kadang masih berwarna kuning (penyaringkan kurang sempurna). Padahal, kolam dan kamar mandi bisa dibangun dengan jarak 300 – 500 meter dari sumber mata air, dan dibuatkan lagi kolam penyaringan agar air yang digunakan oleh para wisatawan telah bersih dan steril.
Petugas yang mengelola jumlahnya sangat terbatas, sehingga tidak mampu mengurus kebersihan yang seharusnya menjadi hal paling utama untuk wisata wahana air.
Dua kolam rendam yang sudah tidak terpakai bisa diurug dan digunakan untuk keperluan lain. Karena dua kolam rendam tersebut membuat suasana lokasi wisata terlihat kumuh dan tidak menarik.
Obyek wisata Ngunut sendiri memang memiliki sejuta pesona dan potensi, tetapi masih membutuhkan pembenahan menyeluruh, baik lokasi wisatanya maupun sarana dan prasarana lainnya. Baik infrastruktur, pembangunan lokasi wisatanya, fasilitas lain seperti hotel dan kuliner, toko-toko cinderamata dan lain sebagainya.
G:\malang\IMG20161008111042.jpg
Seperti Taman nDayu dan Ngunut, bila dibandingkan dengan Selekta yang ada di Malang, jauh lebih punya potensi Ngunut atau nDayu. nDayu memiliki beberapa kelebihan seperti kamar penginapan murah, homestay murah, memiliki sungai, dan taman-taman yang mewah.
Ikan aquarium di Selekta Malang Jawa Timur. (gambar foto: dok.tpwi).
G:\malang\IMG20161008111031.jpg
Mungkin nDayu perlu mencontoh kemasan Wisata Selekta sehingga dapat menarik wisatawan. Selekta hanya mengandalkan kebun bunga, frame foto, taman bermain dengan latar belakang hewan buatan, kolam renang tiga tipe, untuk pemula, anak-anak dan dewasa. Yang semua itu telah dimiliki Taman nDayu. Dengan sedikit polesan, nDayu pasti mengalahkan Selekta.
G:\malang\IMG20161008111234.jpg
Masalah taman, Ngunut juga bisa dikemas meniru Selekta. Lokasi Ngunut tidak jauh beda dengan Selekta, jadi pemolesannya akan lebih mudah. Untuk mengerjakan Ngunut, Pemerintah Kabupaten Sragen bisa menggandeng swasta. Banyak lokasi wisata yang menggandeng swasta dengan perjanjian khusus. Yang penting lokasi wisata bisa berjalan dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Model pengemasan Taman di Selekta Malang. (gambar foto: dok.tpwi).
G:\malang\IMG20161008112432.jpgG:\malang\IMG20161008112640.jpg
Masyarakat Sragen juga belum terlihat memiliki budaya wisata. Hal ini terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan masyarakat Sragen tidak mengarah pada usaha ekonomi yang berhubungan dengan wisata. Untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen harus melakukan pendekatan melalui pendidikan ketrampilan dan atau menghidupkan sentra-sentra kerajinan dengan arahan kepariwisataan. Pemerintah Daerah selanjutnya juga   harus   bekerjasama   dengan   perbankan   dalam rangka membiayai sentra-sentra kerajinan. Pemerintah Daerah juga harus bisa        
G:\malang\IMG20161008113210.jpgTaman Bunga Selekta di tengah lokasi wisata yang diatasnya dilintasi wahana flaying fak dan sepeda udara/sky bike. Di sini disediakan tempat untuk berfose foto. (gambar foto: dok.tpwi).
menggiring pengusaha kerajinan ke arah pariwisata. Sehingga para perajin terfokus untuk menyediakan berbagai keperluan yang berhubungan dengan pariwisata. Dalam masalah ini Sragen perlu belajar ke wilayah sekitar Jogja atau Bali. Masyarakat di kedua wilayah tersebut telah terkondisi dengan menjual produk wisata. Para seniman telah melakukan pentas-pentas  seni di lokasi wisata. Mereka telah sadar bahwa karya seninya tidak akan bisa berjalan tanpa bekerjasama dengan lokasi wisata. Demikian pula dengan pengrajin, yang selalu melakukan pendekatan dengan lokasi wisata. Demikian pula dengan kuliner. Yang pada akhirnya perbankanpun akan lebih suka membiayai mereka yang berdekatan dengan wisata.
G:\malang\IMG20161008112012.jpgLokasi kolam renang Selekta Malang. (gambar foto: dok.tpwi).

G:\malang\IMG20161008112324.jpg
Flaying Fak di Selekta Malang dengan kemasan sederhana. Di ujung pelepasan menggunakan pohon dan papan sederhana, demikian pula di landasan menggunakan papan kayu sederhana. (gambar foto: dok.tpwi).

G:\malang\IMG20161008113059.jpg
Problem selanjutnya adalah tentang pasar. Kepada siapa produk kepariwisataan ini akan dijual. Siapa yang mau membeli Sragen.
G:\malang\IMG20161008112836.jpgFrame-frame tempat pemotretan. (gambar foto: dok.tpwi).
G:\malang\IMG20161008111739.jpgTaman hewan buatan untuk menghibur anak-anak. (gambar foto: dok.tpwi).


Sragen merupakan daerah yang memiliki potensi wisata unggulan dan jarang dimiliki oleh daerah lain. Sragen memiliki banyak situs, yang mungkin sangat berguna bagi dunia pendidikan. Untuk itu perlu adanya kerjasama dengan para pelaku pendidikan. Dunia pendidikan merupakan pangsa pasar yang cukup baik untuk potensi wisata Kabupaten Sragen, melalui pendekatan situs dan peninggalan sejarah. Kerjasama ini tidak terbatas pada pasar wisatanya, tetapi juga bisa melalui penulisan karya tulis dan lain sebagainya. Sragen juga banyak memiliki wisata ziarah, yang mungkin bisa dijual dengan melakukan pendekatan dengan kelompok pengajian agar melakukan kegiatan di lokasi-lokasi tersebut. Even-even dapat pula diarahkan ke lokasi wisata untuk mendongkrak pangsa pasarnya. Mengarahkan para seniman untuk dapat mengisi sekali dalam seminggu ke lokasi wisata. Dengan banyaknya kegiatan di lokasi-lokasi wisata, tentunya akan mendongkrak pasar wisata Sragen.
G:\malang\IMG20161008115216.jpgWahana naik kuda di Selekta Malang, Jatim. (gambar foto: dok.tpwi).
Jangan sampai terjadi seperti Museum Manusia Purba yang pasarnya hanya bergantung pada pengusaha kereta wisata (odong-odong) yang mempengaruhi masyarakat untuk berpiknik ke Sangiran agar usahanya tetap berjalan. Padahal, di berbagai tempat, kereta wisata ini sangat mengganggu jalan umum dan polisi melarang mereka melalui jalan-jalan khusus.
Usaha kerajinan masyarakat di Kabupaten Sragen juga terasa kurang mendukung (minim), untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen harus melakukan gebragan-gebragan seperti memberikan berbagai kursus-kursus kerajinan dalam rangka membudayakan masyarakat agar memiliki budaya wisata, sehingga hasil kerajinan yang diusahakan masyarakat bisa menjadi oleh-oleh untuk dibawa pulang oleh para wisatawan. Pemerintah Daerah Sragen harus dapat menyakinkan bahwa setiap orang yang datang ke Sragen memiliki kebanggaan tersendiri, sehingga mereka yang telah datang di Sragen secara otomatis ikut memasarkan Sragen. Dalam masalah ini, Pemerintah Daerah Sragen harus bekerjasama dengan pihak perbankan untuk membiayai para perajin, sehingga perajin bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sragen juga kurang memiliki pasar yang mewah. Selanjutnya Pemerintah Daerah Sragen harus dapat mengundang pengusaha untuk membangun Mall dan Super Market. Dalam rangka memanjakan orang yang datang ke Sragen, harus disediakan tempat-tempat belanja. Kekurang ini dapat dirasakan untuk daerah Gemolong, Masaran, Sragen Kota dan Sambirejo. Dengan adanya Mall dan Super Market di berbagai wilayah tersebut, akan mendorong wisatawan untuk datang ke Sragen. Dan dengan adanya Mall serta Super Market tersebut, artinya Sragen mampu memanjakan wisatawan dalam berbelanja di Sragen.
Untuk mewujudkan Sragen sebagai Kota Kunjungan Wisata, masih butuh banyak sentuhan dari berbagai pihak, baik dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen sendiri, Pemerintah Pusat serta para pengusaha pada umumnya. Selanjutnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen memohon perhatian pada Pemerintah Pusat serta para pengusaha yang ahli pada bidang pariwisata untuk memikirkan daerah mana (obyek wisata) yang perlu untuk dikembangkan terlebih dahulu. Dengan pemikiran bersama mudah-mudahan Sragen Menjadi Kota Kunjungan Wisata dapat terpenuhi.
Demikian paparan kami tentang Wisata Sragen, masukan dan saran sangat kami harapkan. Semoga buku kecil ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

REFERENSI

Andjarwati Sri Sayekti, SS., Msc., dan Kasman Setiagama, SS., Msc., Katalog Cagar Budaya Kabupaten Sragen, 2015.
Catur Joko Kusmanto Mardi Utomo, Pacuan kuda Nyi Ageng Serang sebagai daya tarik pariwisata di kabupaten Sragen, Laporan Tugas Akhir, FakultasSastra danSeni RupaUniversitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008.
Dieny ferbianty, Sejarah Pariwisata Indonesia, Diakses pada 27 Juni 2011.
Daftar tempat yang telah ditetapkan sebagai situs warisan dunaia, Unesco. Diakses pada 27 Juni 2011.
Daftar Repesentatif Warisan Budaya Takbendawi, Unesco. Diakses pada 27 Juni 2011.
Elfrida Anjarwati, Kehidupan Manusia Purba di Kubah Sangiran, Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen, 2009.
Jawa Post, 29 Oktober 2015.
Majalah Franchise, edisi Februari 2016.
Majalah Franchise, edisi Maret 2016.
Majalah Franchise, edisi April 2016.
Hart. 2008.  Tayub, Kesenian yang tak Pernah Redup.
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI.Diakses pada 27 Juni 2011.
Menteri Kebudayaan dan  Pariwisaata, statistik 2006, Diakses pada 27 Juni 2011.
Perkembangan Wisatawan Mancanegara Menurut Negara, Tempat  Tinggal tahun 2004 – 2009.
Peluang Bisnis Modal Kecil Menguntungkan, penerbit Bisnis Update.com Publising, Jakarta 2016.
Pemerintah Daerah Sragen, Sejarah dan Harijadi Kabupaten Sragen, Sragen, 1987.
Radar Solo, Oktober 2015.
Rangking Devisa pariwisata Terhadap  Komoditas Ekspor lainnya tahun 2004-2009, kementrian kebudayaan dan  pariwisata RI. Diakses pada 27 Juni 2011.
Sragen.http://www.sragenkab.go.id/berita/berita.php?id=6962. Akses: 31 Maret 2011, Pukul 20:22.
Solo Pos, 29 Oktober 2015.
Tabloid Business Opportunity, Oktober 2015.
Tabloid Business Opportunity, Desember 2015.

Trisnawati, Nana. 2015. Pelestarian Kesenian Tayub Di Desa Baleharjo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar