BAB I
PENDAHULUAN
- Sekilas Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sragen terletak 30 km arah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di Utara, Kabupaten Ngawi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Karanganyar di sebelah selatan dan Kabupaten Boyolali di sebelah barat. Kabupaten Sragen memiliki julukan Bumi Sukowati, karena nama Sukowati digunakan pada masa pemerintahan Kerajaan Surakarta. Kabupaten Sragen memiliki potensi pariwisata yang cukup besar, salah satu yang sudah sangat terkenal adalah situs prasejarah di Desa Sangiran yang kemudian didirikan sebuah museum untuk menampung berbagai benda prasejarah yang ditemukan di sekitar lokasi.
Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, Kabupaten Sragen adalah pintu gerbang memasuki Jawa Tengah dari arah timur. Kabupaten Sragen mempunyai wilayah seluas 941,55 KM 2, dengan topografi sebagai berikut: di tengah-tengah wilayah mengalir Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa; daerah sebelah selatan merupakan bagian dari lereng Gunung Lawu; sebelah utara merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng; dan sebelah barat merupakan kawasan yang sangat terkenal dengan sebutan “Kubah Sangiran.”
Kubah Sangiran adalah sebuah daerah pedalaman yang terletak di kaki gunung Lawu, tepatnya di depresi Solo sekitar 17 km arah utara dari kota Solo dan secara administrative terletak di wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya 56 km2, mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh serta Kecamatan Gondangrejo di Karanganyar (Elfrida Andjarwati, 2009).
Kawasan ini banyak menyimpan misteri dan sangat menarik untuk dicermati serta dipelajari. Di kawasan ini dapat dibaca adanya suatu kehidupan manusia sejak 2 juta tahun lalu. Banyak fosil yang ditemukan, lengkap dengan sejarah kehidupan manusia purba dengan segala hal yang ada di sekelilingnya, baik itu mengenai habitat, pola kehidupan, binatang-binatang yang hidup bersama mereka maupun peralatan yang dipergunakannya. UNESCO pada peringatannya yang ke 20 di Merida, Meksiko menetapkan Kawasan Sangiran sebagai Kawasan World Heritage (Warisan Dunia) no. 593.
Ini merupakan bukti bahwa Sragen (Sukowati) telah ada kehidupan sejak jaman prasejarah. Pada jaman ini ada bukti lain seperti Situs Sambungmacan yang ada di desa Ngadirojo dan desa Cemeng serta Situs Kali Teleng yang ada di desa Ngunut, Kecamatan Sambirejo.
Pada masa klasik abad ke 4 – 12 Masehi, juga banyak ditemukan peninggalannya seperti Situs Singopadu, di dusun Sumber, desa Singopadu, Kecamatan Sidoarjo (arca-arca, yoni dan frahmen); Situs Ngunut di dusun Lenguk, desa Jetis, Kecamatan Sambirejo (arca-arca, artefik dan Yoni); Situs Candi desa Kebonagung, Kecamatan Tanon dan masih banyak lagi wisata budaya yang bisa diungkap sebagai wacana pendidikan, seperti Situs Mantup, Dusun Majapahit, Makam Bupati Pilang Payung, Petilasan Mangkubumi, Makam Sukowati, Makam Pangeran Samudro, Masjid dan Makam petilasan Joko Tingkir, Makam Kyai Srenggi, Petilasan Ki Joko Budug (Raden Harya Bangsal) dan masih banyak lagi.
Sangiran sendiri merupakan wisata budaya ke tiga yang dimiliki Indonesia setelah Candi Borobudur dan Candi Prambanan, yang seharusnya bisa dijual ke kancah internasional. Namun kini Sangiran telah dikalahkan oleh wisata Raja Ampat di Papua.
Sudah lebih dari 250 tahun lalu, Sragen tak memiliki ciri khusus maupun citra kawasan yang mampu menjual segala potensi. Sragen selama ini hanya dikenal sebagai Bumi Sukowati atau Tanah Sukowati yang tidak lain nama dari Pangeran Sukowati atau Pengeran Mangkubumi (Hamengku Buwono I).
Dari segi sejarah tipologi kawasan, Sragen memiliki potensi berkembang seperti Kota Jogja dan kabupaten di sekitarnya namun pada kenyataannya Sragen belum mampu menjual kawasan. Museum Sangiran yang diklaim sebagai museum peradaban oleh UNESCO sempat membawa Sragen ke kancah internasional.
Belakangan nama Sangiran tak mampu mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara. Para wisatawan mancanegara lebih mengenal Candi Borobudur dan Candi Prambanan sebagai hasil karya sejarah dari pada melihat situs peninggalan 1/3 nenek moyang penduduk dunia di Sangiran.
Memang tidak mudah untuk menjadikan sebuah kota menjadi Kota Kunjungan Wisata. Hal ini harus didukung oleh berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya aspek seni budaya dan hiburan semata, tetapi juga kesiapakan secara mendalam masyarakatnya.
Pentas seni yang dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Jerman tepatnya di Kota clausthal pada pertengahan bulan November 2016 lalu. Gambar foto: dok.tpwi.
Untuk itu dibutuhkan promosi agar berbagai keindahan yang ada dilihat dan diketahui oleh berbagai kalangan. Mereka yang peduli dengan Negara dan bangsanya (dalam bidang wisata), akan selalu berusaha dan perupaya untuk memperkenalkan berbagai keelokan yang ada di tanah airnya. Dan inilah yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia yang ada di Jerman dalam rangka memperkenalkan budaya yang dimilikinya.
Pentas tari merak yang dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Jerman tepatnya di Kota Clausthal pada pertengahan bulan November 2016 lalu. Dalam rangka promosi wisata Indonesia. Gambar foto: dok.tpwi.
Bagaimana seseorang akan mengunjungi sebuah obyek wisata bila obyeknya sendiri tidak terawat, infrastruktur kurang memadai, tidak ada hiburan yang mampu menghilangkan kepenatan dan kejenuhan.
Untuk itu disetiap obyek wisata selain memiliki infrastruktur yang baik, harus dihuni oleh masyarakat seni (tari, lukis, band, dangdut, campursari, wayang, cokek, Tayub dan berbagai seni lain yang ada didaerahnya, kuda lumping, reog, sulap dan sebagainya). Bila mana perlu, didatangkan dari luar daerah.
Dan inilah wajah para mahasiswa Indonesia yang selalu berusaha untuk memperkenalkan budaya di Negara-negara Eropa.
Obyek wisata juga harus didukung oleh kuliner dan warung-warung souvenir, yang menjajakan pernak-pernik khas daerah (kaos bergambar obyek wisata, suvenir lainnya dan atau patung-patung ukir, cinderamata lainnya), serta melakukan promosi wisata secara berkelanjutan dalam rangka mendatangkan para wisatawan. Itupun belum cukup tanpa adanya pertokoan yang menyediakan berbagai kebutuhan pengunjung, hotel dan penginapan bilamana diperlukan.
Salah satu contoh adalah Pangandaran. Pangandaran merupakan Kabupaten baru di Jawa Barat dan merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Ciamis. Awal mulanya Pangandaran hanya menawarkan sebuah pantai untuk menarik para investor dan melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk sadar wisata. Kemudian berlanjut mengadakan berbagai kursus kerajinan yang hasilnya dipasarkan di obyek-obyek wisata. Melakukan penggalian seni dan budaya agar tumbuh di masyarakat. Seni-pun tumbuh dan menghiasi disetiap obyek wisata membuat riuh dan semaraknya obyek wisata. Dengan tertumpahnya seni dan budaya dilokasi wisata, secara tidak langsung obyek wisata memiliki kesan dan digemari pengunjung.
Seluruh potensi Sragen memang harus dimunculkan dan dikemas selayaknya Negeri Sukowati dengan menyajikan hiburan yang menyenangkan atau membahagiakan rakyat Sragen.
Kunjungan wisata masih didominasi rakyat Sragen sendiri yang haus hiburan. Atraksi budaya khas Sragen itu sebenarnya nyaris sama dengan atraksi seni budaya di Solo seperti Solo Batik Carnival dan atraksi budaya lainnya. Bedanya Solo memiliki citra kota yang mampu menarik orang luar untuk datang ke Solo.
Pemda Sragen juga sudah berupaya meningkatkan dan nguri-uri kebudayaannya dengan bekerjasama dengan ISI di Surakarta, untuk menggali dan mempopulerkannya di masyarakat. Dengan banyak dipentaskannya berbagai seni budaya dan diperkenalkannya kepada anak-anak sebagai pelestari budaya bangsa di masa yang akan datang.
Aktivitas bisnis di Solo berkembang dengan munculnya banyak hotel. Citra Kota Solo sering jadi rujukan kota-kota lainnya walau secara faktual masih tertinggal dengan Jogja. Dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, hanya 26 kota yang memiliki citra khas dan Sragen tak masuk di dalamnya.
Boyolali yang bersebelahan dengan Sragen memiliki citra yang mencerminkan potensi lokal, yakni susu dan sapi, New Zealand van Java, dan Kabupaten Tersenyum. Sukoharjo juga memiliki citra yang tidak kalah dengan kabupatan lainnya, yakni Kabupaten Makmur, kabupaten gamelan, the house of souvenir, kabupaten jamu, kabupaten pramuka, kabupaten batik, dan kabupaten gitar.
Sragen punya potensi luar biasa yang bisa menjadi inspirasi membangun citra kawasan. Selain potensi alam, Sragen memiliki ciri khas di bidang seni pertunjukan, seni vokal, seni pedalangan, dan seni budaya lainnya. Cengkok atau gagrag seni Sragenan diakui para seniman nasional yang berbeda dengan gagrag lain, seperti gagrag Solo dan Jogja.
Almarhum Ki Gondo Darsono pernah membuat cengkok Sragenan khas Kedung Banteng dalam setiap pagelaran wayang kulit yang dikenal dengan cengkok Kedungbantengan. Kini cengkok itu dikembangkan dalang kondang alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Ki Purbo Asmoro.
Sragen punya Muhammad Karno Kd., komponis lagu-lagu badhutan atau gecul, yang pernah menggegerkan dunia seni karawitan dan pedalangan di era 1980-an. Dalang kondang sekelas Ki Anom Suroto tak mampu melayani permintaan penonton yang bersorak meminta gending ala Sragenan.
Ki Anom Suroto harus berburu kaset rekaman lagu Karno Kd. dan melatih para niyaga atau pengrawit dan sinden untuk belajar tembang Sragenan. Salah satu tembang ciptaan Karno Kd. yang menggemparkan jagat pedalangan berjudul Rewel. Keterangan di atas membuktikan bahwa Sragen pasti mampu menjadi Pusat Kunjungan Wisata Solo Raya.
Yang pasti, setidaknya Sragen memiliki Enam zona Wisata yang perlu segera dikemas. Petama adalah zona Kedungombo, merupakan Sumbu Utara dan terhubung dengan sentra wisata Gunung Kemukus, Petilasan Nyi Ageng Serang dan Kedung Grujug.
Ke dua adalah zona Kendeng yang meliputi sentra wisata Gemolong Edupark dan Bukit Sangiran yang memiliki beberapa Museum tentang kehidupan dua juta tahun lalu di daerah tersebut, meliputi Manusia Purba, Museum Manyarejo dan Museum Bukuran.
Ke tiga adalah zona Masaran atau sumbu di sebelah barat yang terdiri dari sentra kerajinan batik Kliwonan, Makam Joko Tingkir, Makam Syeikh Zakharia, Makam Pilang Payung juga sentra kuliner dan sentra buah.
Ke empat adalah zona Sambirejo yang disebut pula Sumbu Selatan. Sumbu Selatan meliputi sentra wisata seperti Permandian Air Panas Bayanan, Permandian Air Panas Sendang Panguripan, Situs Ngunut, Situs Kali Teleng, Air terjun Teleng, Arung Jeram Kali Sawur Sambirejo, dan ziarah makam Joko Budug. Karena letaknya berada di kaki gunung Lawu, di lokasi ini sangat cocok sebagai tempat wisata, berlibur dan atau beristirahat. Cocok pula untuk membuat villa-villa sebagai tempat beristirahat. Di zona wisata Sumbu Sragen Selatan ini memang sejuk dan bebas dari pulusi udara.
Ke lima adalah zona Sambungmacan yang meliputi lokasi wisata Situs Sambungmacan, dusun Majapahit, penemuan-penemuan Gading Purba dan yang terakhir adalah zona yang disebut dengan Zona Poros Bumi. Lokasi ini terletak di pusat kota Sragen. Zona Poros Bumi merupakan kawasan wisata keluarga seperti Taman nDayu, Kolam Renang Kartika, Kolam Renang Doeng Cuo, Ziarah Makam Kyai Srenggi, Ghaneza Edupark, dan taman-taman wisata lainnya. Kuliner dan tempat jajanan juga bertebaran di zona Poros Bumi seperti rumah makan Bu Djar, jajanan Mbah Pin, Soto Girin, Sate Sragen yang telah dikenal orang secara mendunia dan lain sebagainya.
Enam zona Wisata ini telah bisa membuktikan bahwa Sragen memiliki kemampuan menjadi Pusat Wisata Solo Raya.
- Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menciptakan kesenangan dan menghilangkan kejenuhan yang berkepanjangan.
Pariwisata atau turisme adalah suatu bentuk perjalanan yang dilakukan untuk liburan atau rekreasi, serta semua persiapan yang dipergunakan untuk kepentingan itu. Organisasi Pariwisata Dunia mendefinisikan tentang turisme adalah seseorang yang melakukan perjalanan sejauh 50 mil (80 km) dari rumahnya atau lebih dengan tujuan berlibur atau rekreasi. Orang yang bebergian tersebut disebut turis atau wisatawan. Definisi yang lebih lengkap adalah industry jasa pariwisata dimana mereka menangani jasa tersebut mulai dari transportasi, keramah-tamahan, tempat tinggal, makanan, minuman dan jasa lainnya seperti perbankan, asuransi, maupun keamanan, disamping menawarkan tempat istirahat, budaya, petualangan, pengalaman baru dan keindahan lainnya.
Dalam rangka perolehan devisa, banyak negara bergantung pada industry pariwisata sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasakepada wisatawan. Yang pada akhirnya Negara tersebut mengembangkan industri pariwisata. Demikian pula pengusaha (organnisasi non-pemerintah)yang bergerak pada industry pariwisata selalu melakukan strategi untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.
Menurut undang-undang No. 110 tahun 2009 yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
Indonesia sangat kaya akan budaya. Budaya ini bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi pariwisata di negeri ini. Sedangkan pariwisata merupakan sector penting bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2009 pariwisata Indonesia menempati urutan ke tiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak sawit. Berdasarkan data tahun 2014 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebanyak 9,4 juta orang lebih atau meningkat sebesar 7 % dibandingkan tahun sebelumnya.
Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi dua musim (iklim tropis) yang tidak dimiliki oleh bangsa Eropa atau Amerika. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dan 6.000 pulau diantaranya tidak dihuni. Juga memiliki garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Pantai-pantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok dan berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia. Tempat-tempat wisata alam yang terkenal itu masih didukung oleh warisan budaya yang kaya dan mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja, yogyakarta, Minangkabau, Sangiran di Sragen dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya Indonesia.
Hingga tahun 2010, terdapat 7 lokasi wisata di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu ada empat wakit lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung.
Berdasarkan data dari Badan pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali sebanyak 3,7 juta orang, disusul DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Sebanyak 59% turis yang berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38 % untuk tujuan bisnis. Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari kawasan Asia yang tidak termasuk Asean adalah wisatawan RRC berada di urutan pertama disusul Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan India. Sedangkan jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari Negara Britania Raya disusul oleh Belanda, Jerman dan Perancis.
Pengelolaan Kepariwisataan, kebijakan nasional, urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan di Indonesia diatur oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.
- Pendidikan Pariwisata
Dalam pariwisata sangat kuat hubungannya dengan dunia pendidikan, dengan berwisata bisa menumbuhkan karakter, menghargai budaya, melestarikan budaya, menjaga keanekaragaman hayati, menjalankan nilai sapta pesona dalam pariwisata.
Sebagaimana umumnya dalam dunia pariwisata, akan berkaitan erat dengan perhotelan, biro-biro perjalanan dan rumah makan atau tata boga. Sejak tahun 2000 perkembangan perhotelan di Indonesia maju sangat pesat. Pertumbuhan dan pembangunan hotel mengalami kemajuan yang sangat signifikan, baik di kota-kota besar maupun di daerah-daerah terpencil. Sehingga peluang kerja sektor pariwisata jurusan perhotelan juga memiliki peluang besar pula.
Pendidikan pariwisata sendiri memiliki perkembangan yang pesat pula. Sehingga sektor pariwisata harus memiliki dukungan yang cukup memadai. Memang pendidikan pariwisata di Indonesia bisa dikatakan masih baru (muda). Pemerintah Indonesia baru mengakui “Ilmu Pariwisata” secara resmi sebagai ilmu mandiri pada tahun 2008. Bahkan lulusan pendidikan pariwisata Indonesia terbilang bisa dihitung dengan jari.
Sragen, telah memiliki sekolah pariwisata yang didirikan oleh Yayasan Widya Wisata Sragen. Nama Sekolah tersebut Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata “Widya Wisata“ Sragen dan selanjutnya disingkat : SMK Widya Wisata. SMK Widya Wisata sekarang berlokasi : di Jl. Veteran No. 18 Sragen, Telp/Fax (0271) 892202/894491 Sragen, Jateng, Indonesia.
Program Sekolah : SMK Pariwisata Widya Wisata Sragen menggunakan sistim Pendidikan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Nasional .
Visi Sekolah : Menciptakan tenaga kerja tingkat menengah untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan khususnya dunia pariwisata masa kini maupun masa yang akan dating, sejalan dengan kecenderungan perkembangan globalisasi.
Misi Sekolah :
Menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat menjadi faktor keunggulan dalam berbagai sektor pembangunan. Mengubah peserta didik dari status beban menjadi asset pembangunan yang produktif. Menghasilkan tenaga kerja profesional untuk memenuhi tuntutan kebutuhan industrialisasi pariwisata khususnya dan tuntutan pembangunan pada umumnya. Membekali peserta didik dengan kemampuan untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Alasan Pendirian Sekolah Pariwisata
Perlunya wadah yang menampung alumni SMP yang berkeinginan memperoleh pengetahuan ke Pariwisataan. Bidang kepariwisataan masa mendatang akan sangat berkembang dan membutuhkan tenaga-tenaga yang memiliki kemampuan ilmu kepariwisataan. Belum adanya lembaga pendidikan Pariwisata di Kabupaten Sragen, sedang banyak siswa belajar di SMK Pariwisata Surakarta. Perlunya tenaga yang terdidik secara professional siap kerja dibidang Kepariwisataan. Diperlukan calon siap kerja khususnya TKI yang professional memiliki kemampuan ketrampilan dan Bahasa.
Dengan adanya pendidikan pariwisata di Kabupaten Sragen diharapkan dapat meningkatkan potensi pariwisata yang ada di sragen sekaligus dapat menyediakan tenaga kerja handal tentang kepariwisataan di Kabupaten sragen.
Pendidikan pariwisata secara umum dibagi menjadi empat jurusan yaitu jurusan Hospitality (pengelolaan pariwisata), jurusan usaha perjalanan wisata, jurusan manajemen bisnis perjalanan wisata dan jurusan perhotelan dan administrasi hotel.
Jurusan hospitality menerapkan program pendidikan pariwisata yang berbasis keilmuan hingga pengambilan keputusan mengenai kebijakan pariwisata dengan fokus pendidikan manajemen pariwisata dan ke-akomodasi-an umum. Maka lulusan jurusan ini berhak menyandang gelar sarjana pariwisata (S. Par). Alumi jurusan ini dapat bekerja di industry pariwisata, pemerintahan, peneliti, konsultan pariwisata dan dosen atau guru yang profesional dalam bidang pariwisata.
Jurusan usaha perjalanan wisata memiliki basis vokasi dengan jenjang ahli madaya. Pendidikan yang diberikan padanya merupakan pendidikan ketrampilan di bidang pengelolaan usaha perjalanan wisata. Lulusan jurusan ini akan mendapat gelar ahli madya pariwisata (A. Md. Par).
Jurusan manajemen bisnis perjalanan pariwisata memiliki jenjang setara strata satu (S1) atau Diploma 4 (D4). Sehingga lulusannya disebut sarjana sain terapan pariwisata (S. ST. Par). Ketrampilan yang diajarkan pada jurusan ini meliputi manajemen dan pengelolaan bidang usaha wisata, baik manajemen travel biro dan pariwisata secara keseluruhan maupun bidang produk jasa wisata, perjalanan wisata, guiding serta produk lainnya.
Jurusan perhotelan dan administrasi hotel yang mempelajari pendidikan yang bersifat vokasi dengan jenjang diploma 3 (D3) dengan lulusan ahli madya pariwisata (A. Md. Par). Sementara administrasi hotel memiliki program pendidikan jenjang diploma 4 (D4) sehingga gelar lulusannya adalah sarjana sain terapan pariwisata (S. ST. Par.).
Dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisata, pemerintah Kota Sragen melakukan pengembangan wisata berkonsep pendidikan. Seperti di dalam obyek wisata Sangiran dan situs-situs lainnya yang bertebaran di Kabupaten Sragen dilengkapi dengan obyek wisata lain yang bisa membawa Sragen sebagai Tempat Kunjungan Wisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar